Rabu, 07 April 2010

Pura Agung Wana Kertha Jagatnata Palu


Eksistensi umat Hindu di Nusantara memang kian nampak. Tak terkecuali di daerah tanah kaili, Palu, Sulawesi Tengah. Sejak tahun 1980 umat Hindu di kota palu merencanakan membuat Pura yang permanen, layaknya umat lain dalam menjalankan ibadahnya secara baik. Namun kenyataannya, ini tidak semudah membalikan telapak tangan. Masalah tempat yang cocok, izin membuat tempat ibadah, serta biaya menjadi kendala dalam pembangunan Pura ini. Sebelum memiliki pura, umat Hindu di Palu melaksanakan persembahyangan bersama di kediaman warga yang mempunyai pekarangan cukup luas.

Berbagai jalan ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut. Setelah menentukan tempat yang cocok, umat Hindu mengumpulkan dana, baik iuran wajib maupun sumbanagn para donatur. Ini tentunya sangat membantu berdirinya Pura. Peranan pemerintah setempat juga tak kalah pentingnya bagi umat Hindu dalam mendirikan pura tersebut. Pemerintah telah memberikan perlindungan dan keamanan bagi umat Hindu dalam melangsungkan ibadah.




Umat Hindu saling bahu membahu dalam menyelesaikan pembangunan Pura. Awal pembangunan Pura dimulai pada tahun 1984. Pembangunan Pura dilakukan secara bertahap. Satu demi satu bangunan dilengkapi. Proses ini memakan waktu yang cukup panjang hingga tahun 2002 secara umum pembangunan dinilai selesai. Bahkan hingga saat ini pembangunan masih terus dilakukan, guna memperindah Pura ini. Semuanya dilakukan dengan penuh keikhlasan dan semangat gotong royong yang tinggi. Hingga akhirnya berdirilah sebuah Pura yang bernama Pura Agung Wana Kertha Jagatnata, yang berlokasi di Jalan Jabal Nur No. 3, Palu Sulawesi Tengah. Pura ini diresmikan pada tanggal 2 Juni 2000 oleh almarhum Mantan Presiden Republik Indonesia K H. Abdurrahman Wahid.


















Sebagai informasi, bahwa lokasi Pura Agung Wana Kertha Jagatnata ini berada ditengah-tengah mayoritas muslim. Di sebelah kiri areal Pura, terdapat Rumah Sakit Bersalin Fadhilah dan sebelah kanannya terdapat Universitas Muhamadiyah. Namun besarnya perhatian pemerintah dan toleransi masyarakat setempat, sehingga sampai saat ini tidak pernah terjadi gesekan-gesekan. Hal ini dikarenakan antar umat beragama saling menghormati dan menghargai haknya masing-masing.


Luas areal pura ini berkisar 2 Ha. Pura ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Nista Mandala, Madya Mandala dan Uttama Mandala. Nista Mandala adalah areal Pura paling luar yang masih menjadi satu kesatuan dengan Pura. Ini merupakan areal terluas dari bagian pura.

Di bagian ini ada Pasraman siswa Hindu. Setiap hari Minggu, siswa yang beragama Hindu, baik tingkat SD, SMP, maupun SMA, melakukan pembelajaran agama Hindu di sini. Baru-baru ini didirikan Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) di bagian Nista Mandala. Murid-muridnya tidak hanya berasal dari kota Palu, namun ada pula yang berasal dari luar kota Palu.


Selain itu, terdapat lapangan voli dan tenis. Lapangan ini dimanfaatkan para pemuda-pemudi maupun orangtua untuk menyalurkan bakatnya dalam bidang olahraga.


Ada pula kantin yang menjual makanan dan minuman khas Bali dan perlengkapan adat Bali. Kantin ini selalu dipenuhi berbagai kalangan, mulai dari anak kecil hingga lanjut usia.




Jika ingin memperluas pengetahuan keagamaan, kita dapat mengunjungi perpustakaan yang terletak di lokasi ini juga.










Tak lupa pula, di bagian ini terdapat rumah tunggu yang dihuni oleh Pemangku (Pemimpin Upacara dalam agama Hindu). Di bagian Nista Mandala dilengkapi pula dengan tempat parkir, sehingga semua kendaraan pengunjung tertata rapi di tempat yang telah disediakan.


Bagian kedua dari Pura adalah Madya Mandala. Madya Mandala adalah areal yang terletak di tengah Pura.















Pada bagian Madya Mandala terdapat bangunan yang biasa disebut Pura Beji. Di dalam Pura Beji terdapat sebuah Padmasana dan kolam. Tempat ini merupakan tempat pembersihan simbol-simbol perlengkapan sembahyang.
















Ada pula Bale gong dan Bale agung. Bale Agung dan Bale Gong merupakan tempat umat Hindu untuk melakukan pertemuan. Namun biasanya di Bale Gong pun dilakukan latihan memainkan Gong dan latihan menari Bali.









Yang terakhir adalah bagian yang paling utama, sesuai dengan namanya yaitu Uttama Mandala. Pada bagian ini terdapat padmasana, bale pelik, ngerurah dan bale penyimpenan. Di areal inilah umat Hindu selalu melalukan persembahyangan, terutama pada perayaan hari-hari tertentu.



































Sesungguhnya kata Pura berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti kota atau benteng, artinya tempat suci yang dibuat khusus dengan dipagari tembok untuk melakukan kegiatan suci dan pemujaan kehadapan Sang Hyang Widhi. Dalam era pembangunan sekarang ini, Pura memiliki kedudukan yang penting, karena di Pura dapat dilakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala manifestasi-Nya. Di samping tempat utuk persembahyangan, pura juga memiliki fungsi untuk meningkatkan rasa bhakti kepada Tuhan; mengembangkan & memelihara seni & kebudayaan; memupuk rasa rela berkorban & semangat gotong royong; tempat melaksanakan pendidikan; serta membangun rasa persatuan, kesatuan dan persaudaraan.

Pura harus selalu dipelihara, dilestarikan dan dijaga kesuciannya. Untuk itu, tempat suci hendaknya digunakan dengan maksimal untuk kepentingan pembinaan umat dan segala kegiatan keagamaan.



1 comments:

Anonim mengatakan...

masukan buat umat hindu yang akan berkunjung ke Palu
dari kota Palu arah ke mana ya ......

Posting Komentar

Rabu, 07 April 2010

Pura Agung Wana Kertha Jagatnata Palu


Eksistensi umat Hindu di Nusantara memang kian nampak. Tak terkecuali di daerah tanah kaili, Palu, Sulawesi Tengah. Sejak tahun 1980 umat Hindu di kota palu merencanakan membuat Pura yang permanen, layaknya umat lain dalam menjalankan ibadahnya secara baik. Namun kenyataannya, ini tidak semudah membalikan telapak tangan. Masalah tempat yang cocok, izin membuat tempat ibadah, serta biaya menjadi kendala dalam pembangunan Pura ini. Sebelum memiliki pura, umat Hindu di Palu melaksanakan persembahyangan bersama di kediaman warga yang mempunyai pekarangan cukup luas.

Berbagai jalan ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut. Setelah menentukan tempat yang cocok, umat Hindu mengumpulkan dana, baik iuran wajib maupun sumbanagn para donatur. Ini tentunya sangat membantu berdirinya Pura. Peranan pemerintah setempat juga tak kalah pentingnya bagi umat Hindu dalam mendirikan pura tersebut. Pemerintah telah memberikan perlindungan dan keamanan bagi umat Hindu dalam melangsungkan ibadah.




Umat Hindu saling bahu membahu dalam menyelesaikan pembangunan Pura. Awal pembangunan Pura dimulai pada tahun 1984. Pembangunan Pura dilakukan secara bertahap. Satu demi satu bangunan dilengkapi. Proses ini memakan waktu yang cukup panjang hingga tahun 2002 secara umum pembangunan dinilai selesai. Bahkan hingga saat ini pembangunan masih terus dilakukan, guna memperindah Pura ini. Semuanya dilakukan dengan penuh keikhlasan dan semangat gotong royong yang tinggi. Hingga akhirnya berdirilah sebuah Pura yang bernama Pura Agung Wana Kertha Jagatnata, yang berlokasi di Jalan Jabal Nur No. 3, Palu Sulawesi Tengah. Pura ini diresmikan pada tanggal 2 Juni 2000 oleh almarhum Mantan Presiden Republik Indonesia K H. Abdurrahman Wahid.


















Sebagai informasi, bahwa lokasi Pura Agung Wana Kertha Jagatnata ini berada ditengah-tengah mayoritas muslim. Di sebelah kiri areal Pura, terdapat Rumah Sakit Bersalin Fadhilah dan sebelah kanannya terdapat Universitas Muhamadiyah. Namun besarnya perhatian pemerintah dan toleransi masyarakat setempat, sehingga sampai saat ini tidak pernah terjadi gesekan-gesekan. Hal ini dikarenakan antar umat beragama saling menghormati dan menghargai haknya masing-masing.


Luas areal pura ini berkisar 2 Ha. Pura ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Nista Mandala, Madya Mandala dan Uttama Mandala. Nista Mandala adalah areal Pura paling luar yang masih menjadi satu kesatuan dengan Pura. Ini merupakan areal terluas dari bagian pura.

Di bagian ini ada Pasraman siswa Hindu. Setiap hari Minggu, siswa yang beragama Hindu, baik tingkat SD, SMP, maupun SMA, melakukan pembelajaran agama Hindu di sini. Baru-baru ini didirikan Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) di bagian Nista Mandala. Murid-muridnya tidak hanya berasal dari kota Palu, namun ada pula yang berasal dari luar kota Palu.


Selain itu, terdapat lapangan voli dan tenis. Lapangan ini dimanfaatkan para pemuda-pemudi maupun orangtua untuk menyalurkan bakatnya dalam bidang olahraga.


Ada pula kantin yang menjual makanan dan minuman khas Bali dan perlengkapan adat Bali. Kantin ini selalu dipenuhi berbagai kalangan, mulai dari anak kecil hingga lanjut usia.




Jika ingin memperluas pengetahuan keagamaan, kita dapat mengunjungi perpustakaan yang terletak di lokasi ini juga.










Tak lupa pula, di bagian ini terdapat rumah tunggu yang dihuni oleh Pemangku (Pemimpin Upacara dalam agama Hindu). Di bagian Nista Mandala dilengkapi pula dengan tempat parkir, sehingga semua kendaraan pengunjung tertata rapi di tempat yang telah disediakan.


Bagian kedua dari Pura adalah Madya Mandala. Madya Mandala adalah areal yang terletak di tengah Pura.















Pada bagian Madya Mandala terdapat bangunan yang biasa disebut Pura Beji. Di dalam Pura Beji terdapat sebuah Padmasana dan kolam. Tempat ini merupakan tempat pembersihan simbol-simbol perlengkapan sembahyang.
















Ada pula Bale gong dan Bale agung. Bale Agung dan Bale Gong merupakan tempat umat Hindu untuk melakukan pertemuan. Namun biasanya di Bale Gong pun dilakukan latihan memainkan Gong dan latihan menari Bali.









Yang terakhir adalah bagian yang paling utama, sesuai dengan namanya yaitu Uttama Mandala. Pada bagian ini terdapat padmasana, bale pelik, ngerurah dan bale penyimpenan. Di areal inilah umat Hindu selalu melalukan persembahyangan, terutama pada perayaan hari-hari tertentu.



































Sesungguhnya kata Pura berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti kota atau benteng, artinya tempat suci yang dibuat khusus dengan dipagari tembok untuk melakukan kegiatan suci dan pemujaan kehadapan Sang Hyang Widhi. Dalam era pembangunan sekarang ini, Pura memiliki kedudukan yang penting, karena di Pura dapat dilakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan segala manifestasi-Nya. Di samping tempat utuk persembahyangan, pura juga memiliki fungsi untuk meningkatkan rasa bhakti kepada Tuhan; mengembangkan & memelihara seni & kebudayaan; memupuk rasa rela berkorban & semangat gotong royong; tempat melaksanakan pendidikan; serta membangun rasa persatuan, kesatuan dan persaudaraan.

Pura harus selalu dipelihara, dilestarikan dan dijaga kesuciannya. Untuk itu, tempat suci hendaknya digunakan dengan maksimal untuk kepentingan pembinaan umat dan segala kegiatan keagamaan.



1 komentar:

  1. masukan buat umat hindu yang akan berkunjung ke Palu
    dari kota Palu arah ke mana ya ......

    BalasHapus

Labels

 
Copyright 2009 goEdaNg iLmu